Oleh : Angghie Gerardini
Angin berkejaran. Nyala lampu berguguran di ruang tanpa atap membentang. Anak singa jinak mengelilingi putaran. Beberapa orang hanyut dalam gerak mencengangkan.
Aku berdiri di sini. Seperti kemarin dan sebelumnya. Hanya berani terpaku di tempat ini; memandanginya. Padahal mimpiku lebih dari ini, meski sederhana; duduk di sampingnya dalam bianglala. Ah, mengenalnya saja tidak.
Hap! Sekali lagi anak singa beraksi. Berhasil melompati hulahop yang dipegang Raksi. Oh ya, aku lupa mengenalkannya pada kalian. Pemuda itu bernama Raksi. Aku melihatnya sejak sirkus ini pertama kali digelar. Ia bagian di dalam pertunjukan sirkus yang menawan. Pemain sirkus yang mengesankan. Belakangan baru aku tahu namanya dari penjual gulali di punggung panggung taman; tempatku berdiri bertabur senyuman.