Ketika Aku Menunggumu Pulang, Sayang

Sayang, sebenarnya tak sengaja kutulis surat ini. Ketika menunggu dering ponselku dan berharap itu kamu. Berulang kali kulirik putaran waktu, berharap kau sudah tiba di rumahmu. Ketika kecemasan membalutku dengan rindu. Berharap tidak ada apa-apa denganmu.

Ini baru awal. Selalu kucoba memberimu ruang sendiri. Berbagi dengan duniamu yang tak kukenali. Ah, ralat. Bukan ‘tak’ melainkan ‘belum’. Apakah kau akan membawaku dalam duniamu yang belum kutahu?

Sayang, satu jam lalu sengaja kukirim pesan singkat ke dua nomor ponselmu. Menggantung. Diam. Tertunda. Kuurungkan niat mengirim pesan ketiga. Sengaja kuberi kau ruang di luar sana.

Aku masih diam. Dalam resah yang terpendam. Ah, rasanya ini berlebihan. Hanya pacar yang bahkan belum genap setengah tahun usia kebersamaan. Ini masih terlalu dini, tapi proses panjang sebelum ini benar-benar mendewasakan diri. Semacam merasakan kehadiranmu yang telah lama di sisi.

Sayang, sebenarnya aku hanya tak ingin mengganggu waktumu. Ketika kau berjibaku dengan sekelumit aktivitasmu. Meski sering kali kau bilang tak terganggu dan bisa kurasakan tulusnya setiap perkataan yang kau lontarkan. Perasaanku saja yang terkadang bersikukuh dengan pendapatku.

Maaf bila semalam tak hadir di sana. Kurasa kau pun telah terbiasa tanpa aku di sana. Bukan karena aku tak mau menemanimu, Sayangku. Ini lebih pada menghargai aktivitasmu, mungkin akan lebih lepas bila tanpa aku yang mengamati setiap gerak-gerikmu. Tapi sungguh, di sini pikiranku tak lepas darimu.

Sayang, ketika kau membaca surat ini, mungkin sudah berganti hari. Mungkin aku sudah tersenyum kembali. Kamu tahu? Pacarku itu selalu pandai membuatku menyimpulkan senyuman setiap pagi. Selalu punya cara membuat pendar wajahku secerah jingga di timur cakrawala. :))

Ah, ada satu dua pesan tertera. Adakah pesanmu di sana? Semoga… Ah, iya! Itu kamu. Menjelaskan semua sebelum sempat aku bertanya apa-apa. Senangnya!
Ada baiknya menyudahi surat ini, bukan? Berharap mendengar suaramu di telepon setelah ini. 🙂

~ Aku yang sejak tadi menunggumu…

This entry was posted in @njiegerardini. Bookmark the permalink.

Leave a comment